Makna dan Aktualisasi Akhlak Mulia dalam Kehidupan Sehari-hari: Kajian Hadist Nabi Muhammad SAW

 

TUGAS PENILAIAN INDIVIDU UJIAN AKHIR SEMESTER 

June 27,2025

Aktualisasi Akhlak Mulia dalam Kehidupan Sehari-hari: Kajian Hadist Nabi Muhammad SAW

 

 Rully Rahayu Neng Tyas1, Safari Hasan,S.IP,MMRS2

1Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan,IIK Bhakti Wiyata Kediri  2Dosen MKWI Agama Islam,IIK Bhakti Wiyata Kediri

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna dan implementasi akhlak mulia berdasarkan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (library research), menggunakan hadist shahih sebagai sumber utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai akhlak seperti kejujuran, kasih sayang, dan pengendalian diri sangat relevan untuk menghadapi tantangan moral di era modern. Aktualisasi ajaran hadist dalam kehidupan keluarga, pendidikan, dan masyarakat menjadi solusi konkret atas krisis karakter. Penelitian ini merekomendasikan penguatan pembinaan akhlak berbasis sunnah dalam berbagai aspek kehidupan.

Kata kunci: Akhlak mulia, hadist, kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad, studi kualitatif


1.  Pendahuluan

Akhlak adalah inti dari ajaran Islam dan cerminan keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" (HR. Ahmad). Di tengah derasnya arus modernisasi dan degradasi moral, kajian terhadap akhlak berdasarkan hadist menjadi penting. Penelitian ini akan membahas bagaimana nilai-nilai akhlak dalam hadist dapat diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan seharihari.


2.  Landasan Teori

Secara bahasa, akhlak berasal dari kata "khuluq" yang berarti tabiat, perangai, atau kebiasaan. Dalam istilah Islam, akhlak merujuk pada sikap batin yang memengaruhi tindakan lahiriah. Akhlak bukan hanya hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Allah dan makhluk lainnya. Al-Ghazali membagi akhlak menjadi akhlak terhadap Allah, sesama manusia, dan diri sendiri. Sebagai contoh, dalam kisah Rasulullah SAW yang tetap menyuapi seorang buta yang selalu mencaci beliau, terlihat bagaimana akhlak terhadap sesama manusia dijaga meskipun dalam kondisi yang menyakitkan. Ini adalah bentuk nyata dari keikhlasan, sabar, dan kasih sayang yang menjadi bagian dari akhlak mulia

3.  Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (library research). Data dikumpulkan dari kitab-kitab hadist shahih (Bukhari, Muslim, dan Riyadhus Shalihin) serta buku-buku tafsir dan syarah hadist. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif-analitis, menafsirkan teks hadist dan mengaitkannya dengan kondisi sosial kekinian.

4.  Kajian Hadist dan Implementasinya

a. Kejujuran (Ash-Shidq) Hadist:

"Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga." (HR.

Bukhari dan Muslim)

1.      Implementasi: Dalam kehidupan sehari-hari, kejujuran penting dalam interaksi sosial, seperti dalam jual beli, pertemanan, dan bermedia sosial. Misalnya, tidak menyebarkan hoaks, tidak memanipulasi informasi, serta transparansi dalam pekerjaan dan pendidikan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Penjual dan pembeli memiliki hak untuk saling memberi keterangan. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (barang yang dijual), maka mereka akan diberkahi dalam jual beli mereka.

Namun jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka berkah jual beli mereka akan dihapus. — Al-Hakim, AlMustadrak 'ala al-Sahihain.

2.      Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam transaksi perdagangan.

b.    Kasih Sayang (Ar-Rahmah)

Hadist:

"Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Implementasi:

Kasih sayang diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap keluarga, peduli terhadap tetangga, serta saling menolong di tengah masyarakat. Contohnya, merawat orang tua, membantu fakir miskin, dan tidak menyakiti sesama di media social.

Seperti yang tertera dalam:

1.      Hadis dari At-Tirmidzi: "Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit." (HR At-Tirmidzi no. 1924).

2.      Hadis dari Aisyah r.a.: "Allah lembut dan mencintai kelembutan dalam semua urusan." (Sahih Muslim).

3.      Hadis dari       Al-Hakim: "Sesungguhnya Allah itu lembut dan mencintai kelembutan dalam segala hal." (HR Al-Hakim, AlMustadrak).

4.      Buku tentang Kasih Sayang Nabi Muhammad: Dalam buku Hadis Cinta Rasulullah SAW yang ditulis oleh A.K, terdapat kumpulan hadis yang menjelaskan tentang cinta dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Buku ini memiliki 176 halaman  dan dapat ditemukan dengan ISBN

9786230057090.

5.      Cita-cita Kasih Sayang: "Kasih sayang adalah rahmat Allah yang paling besar. Allah merahmati orang-orang yang saling berkasih sayang dan berbuat baik dengan tulus." (A.K, Hadis Cinta Rasulullah SAW, hal. 45).

 

c. Menahan Amarah (Kazhmu AlGhaizh)

Hadist: "Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tapi orang kuat adalah yang mampu menahan amarah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Implementasi:

Kemampuan mengendalikan emosi sangat penting dalam kehidupan sosial, apalagi di dunia digital. Marah yang tidak terkendali dapat memicu konflik, baik secara langsung maupun melalui komentar di internet. Sabar dan diam adalah akhlak mulia yang perlu terus dilatih. Sepert yang tertera dalam:

1. Hadis dari Al-Bukhari dan Muslim: "Bukanlah orang yang kuat itu orang yang menang dalam pertarungan, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." (HR Al-Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609).

    2.   Buku   tentang   Menahan Amarah

     Dalam buku Shahih AlBukhari yang ditulis oleh Imam Bukhari, hadis ini dapat ditemukan di bagian yang membahas akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Halaman dapat bervariasi tergantung edisi buku.

3. Sumber Lain: Hadis ini juga terdapat dalam Shahih Muslim, yang merupakan salah satu koleksi hadis terkemuka.

5. Pembahasan

Akhlak dalam hadist merupakan solusi nyata terhadap krisis moral modern. Ketika masyarakat mengamalkan nilainilai kejujuran, kasih sayang, dan pengendalian diri, maka akan tercipta kedamaian dan keharmonisan sosial. Akhlak juga menjadi penentu kualitas kepemimpinan, pendidikan, dan relasi antar individu. Dalam konteks ini, hadist tidak hanya menjadi bacaan ritual, tetapi pedoman etika sosial yang aplikatif. Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya tiga nilai utama yang saling terkait: kejujuran, kasih sayang, dan menahan amarah. Ketiga nilai ini merupakan fondasi dalam membangun hubungan yang harmonis antara individu dan masyarakat.

Kejujuran adalah salah satu karakteristik yang sangat dihargai dalam Islam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-

Hakim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Penjual dan pembeli memiliki hak untuk saling memberi keterangan. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (barang yang dijual), maka mereka akan diberkahi dalam jual beli mereka. Namun jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka berkah jual beli mereka akan dihapus." Hadis ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam transaksi tidak hanya membawa berkah dalam jual beli, tetapi juga membangun kepercayaan antara penjual dan pembeli. Kejujuran menjadi landasan dalam semua interaksi sosial, menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan mendukung.

Selanjutnya, kasih sayang adalah sifat yang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, beliau bersabda, "Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit." Hadis ini mengajarkan bahwa dengan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain, kita tidak hanya menciptakan hubungan yang baik, tetapi juga mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Kasih sayang menjadi jembatan yang menghubungkan individu, memperkuat ikatan sosial, dan menciptakan suasana damai dalam masyarakat.

Namun, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang dapat memicu emosi, terutama amarah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya menahan amarah sebagai bagian dari akhlak terpuji. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, beliau bersabda, "Bukanlah orang yang kuat itu orang yang menang dalam pertarungan, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." Hadis ini menekankan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk mengendalikan emosi, bukan pada kekuatan fisik. Menahan amarah adalah tanda kedewasaan dan kebijaksanaan, serta merupakan cara untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Dengan mengintegrasikan kejujuran, kasih sayang, dan kemampuan untuk menahan amarah dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik. Ketiga nilai ini saling melengkapi dan berkontribusi pada pembentukan karakter yang baik, yang pada gilirannya akan membawa berkah dan rahmat dari Allah SWT. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar kita.

6. Kesimpulan

Akhlak mulia sebagaimana diajarkan dalam hadist Nabi Muhammad SAW sangat relevan dengan tantangan kehidupan masa kini. Implementasi konkret ajaran hadist dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat dapat menjadi fondasi kuat dalam membangun karakter Islami. Oleh karena itu, pendidikan dan dakwah berbasis akhlak perlu ditingkatkan secara konsisten. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan nilai-nilai kejujuran, kasih sayang, dan menahan amarah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung.

 Kejujuran dalam berinteraksi, baik dalam transaksi maupun hubungan sosial, membangun kepercayaan dan integritas. Kasih sayang terhadap sesama, baik dalam keluarga, teman, maupun masyarakat, menciptakan ikatan yang kuat dan suasana yang positif. Sementara itu, kemampuan untuk menahan amarah membantu kita mengelola konflik dengan bijaksana, menjaga hubungan baik, dan menciptakan kedamaian.

Dengan mengintegrasikan ketiga nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih damai dan penuh kasih.


      REFERENCH

 (A.K, H. C. (n.d.).

(Bukhari, M. d. (n.d.).

2609)., (. A.-B. (n.d.).

A.K. (n.d.). buku Hadis Cinta Rasulullah SAW .

Al-Bukhari, M. b.-B. (n.d.). Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari.

Al-Hakim. (n.d.). Al-Mustadrak 'ala al-Sahihain.

Hadis dari Aisyah r.a.: ." (Sahih Muslim). (n.d.).

Nasution, H. I. (Nasution, Harun. Islam Rasional. Jakarta: Mizan, 1995.). Nasution, Harun. Islam Rasional. Jakarta: Mizan, 1995. . Jakarta: Mizan, 1995.

Nasution, H. m. ( 1995). Islam Rasional. . JAKARTA.

Nawawi, I. R.-K.-I. (n.d.).

 

Komentar